MEMETIK RINDU DI TANAH PASUNDAN
Perjalanan harus terus dilanjutkan, biarkanlah kaki ini terus melangkah sebagaimana seharusnya.
Perlahan-lahan aku menapak ke tanah pasundan, terpancar wajah ramah penuh senyuman diantara berbagai sambutan yang di tujukan kepadaku
Sampailah aku disebuah tempat yang begitu Indah.
Lihatlah hamparan pohon hijau berbaris rapi
Burung-burungpun bernyanyi bersahutan
Udara dingin nan sejuk memelukku
Bukit2 indah memanjakanku
Terasa syahdu perasaanku menyibak rindu
Begitu hening melihat hujan di bulan november, aku berlalu sembari memaknai lagu November Rain dari Guns N Roses.
Saat kutatap matamu
Bisa kulihat cinta yang kautahan
Namun saat kudekap dirimu Sayang
Tahukah bahwa kurasakan hal yang sama
Karna tak ada yang abadi
Dan kita berdua tahu hati bisa berubah
Dan sulit menjaga lilin tetap menyala
Di musim hujan bulan November yang dingin
Kita tlah melalui ini cukup lama
Dengan berusaha mengobati rasa sakit
Namun kekasih selalu datang dan pergi
Dan tak seorangpun benar-benar yakin siapa yang akan pergi hari ini
Berlalu pergi
Andai kita bisa memanfaatkan waktu
Untuk berkata jujur
Aku bisa merasa tenang
Karna tahu bahwa kau adalah milikku
Benar-benar milikku
Jadi jika kau ingin mencintaiku
Maka Sayang jangan kau tahan
Atau akhirnya aku kan berlalu
Di musim hujan bulan November yang dingin
Apakah kau perlu waktu... sendirian
Apakah kau perlu waktu... benar -benar sendiri
Setiap orang perlu waktu... sendirian
Tak tahukah kau perlu waktu... sendirian
Aku tahu berat rasanya terus membuka hati
Saat temanpun kau rasa 'kan menyakitimu
Namun jika bisa kau sembuhkan hati yang terluka
Bahkan waktupun takkan bisa memikatmu
Kadang aku perlu waktu... sendirian
Kadang aku pelu waktu... benar-benar sendirian
Setiap orang perlu waktu... sendirian
Tak tahukah kau perlu waktu... benar-benar sendirian
Dan saat rasa takutmu hilang
Dan bayangan tetap ada
Aku tahu kau bisa mencintaiku
Saat tak ada lagi yang bisa disalahkan
Jadi jangan takut dengan kegelapan
Kita masih bisa menemukan jalan
Karna tak ada yang abadi
Termasuk hujan yang dingin di bulan November ini
Tidakkah menurutmu kau butuh seseorang
Tidakkah menurutmu kau butuh seseorang
Setiap orang butuh seseorang
Kau bukan satu-satunya
Kau bukan satu-satunya
Aku terjebak hujan yang memaksaku untuk berteduh, begitu menakjubkan saat ini aku berada di Lembang, Bandung. Aku berteduh di Gubug kecil di pinggiran area persawahan:
"Numpang idin neduh nyak"
Aku pun segera masuk untuk berteduh aku pun mulai menyapa warga yang yang ada disitu
mangga, aa ngaranna saha jeung dimana
Ada bapak2 separuh baya menyapaku hangat
"ngenalkeun, ngaran kuring Jeck, Kami ti Wonogiri"
Kang Jeck nyak, kenalkeun nami Urang Pak Asep
"ti mana pak Asep naha neduh dieu"
Tingali Kang Jeck, kiwari kuring dipariksa Padi pas rék panén
"béas mimiti kuning katingalina, a panén hébat wah ieu Pak Asep"
Ngges Kang Jeck, Alhamdulillah
Berteduh sambil menunggu hujan reda, banyak yang kami ceritakan. Apalagi tentang budaya Sunda yang sangat menawan, tentang kuliner has sunda dan juga pariwisata yang terdapat di Lembang, Bandung. Waktu aku lewat di sekitaran Lembang, aku melihat Nasi Bakar has Bandung. Tapi cuman ngliat aja belum sempat nyicipin rasanya gimana, kayaknya enak banget. Kalau waktunya memungkinkan kapan-kapan boleh dah nyobain
Pagi yang begitu dingin, dan hujan yang lama. Sudah hampir tiga jam kami disini, sudah jam 11 aja inih rupanya. Pak Asep mengajakku untuk mampir di Rumahnya.
Pak Asep ini adalah petani di daerah sini yang mengolah lahan persawahan miliknya sendiri, musim panen hampir tiba lah tinggal mencari hari baiknya aja. Jadi Pak Asep tadi cuman ngecek-ngecek aja kesiapan dalam panen Raya.
Ku starter Jupiter AD-Wonogiri, lalu aku mengantarkan Pak Asep ke Desa Cibogo deket Balai Desa. Jalanan disini ya naik turun, tapi sudah biasalah menghadapi jalan macam gini.
Sampailah kami di rumah sederhana milik Pak Asep, ya memadai lah untuk keluarganya. Oh iya, Pak Asep tinggal bersama dengan seorang Istri dan dua orang anak. Istrinya bernama Ibu Fatim sedangkan anak pertamanya seorang gadis bernama Lilis dan satu lagi masih balita bernama Putra. Terlihat begitu bahagianya keluarga kecil ini ketika aku masuk ke rumahnya, aku agak sedikit gagal fokus melihat paras cantik Lilis waktu dia mulai membikinkan kami minum.
Seorang Gadis yang berkarakter Sunda, kulit putih tutur kata lembut dan sangat sopan, ya pantesan aja kalau gagal fokus.
Keluarga ini begitu ramah kepadaku, Ibu Fatim dan juga kedua anaknya. Sementara itu aku melihat foto-foto yang ada didalam rumahnya. Aku melihat foto2 lilis yang baru saja lulus SMA.
Saat Pak Asep masuk kedalam untuk ganti, ada lah sedikit kesempatan ngobrol sebentar dengan Lilis
"Tingali Kang Jeck, Kuring geus lulus ti SMA, sarta Kuring masih bingung sakumaha ka ngelanjutin kuliah atawa kawin"
Ikutin naon haté Francine ngan ngomong, weve geus aya calon anjeun?
"Geus aya kénéh kang Jeck, Kuring geus bade AA Udin, salila dua taun. Tapi Kang Udin éta anjeunna puguh. Ku kituna teu yakin di anjeunna"
Ulah nyandak pusing Francine, hirup ngan kawas cai ngalir
Lilis yang kala itu malah ngajak curhat masalah cintanya, selain itu ada yang kurang sreg dengan Udin itu. Dia orangnya pemalas dan masih suka bergantung dengan orang tuanya, kalau ditanya tentang kepastian cintanya kepada Lilis. Biarlah, itu menjadi kisah cinta mereka.
Sekilas cerita tentang Desa ini.Cibogo adalah desa di kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Indonesia, Cibogo diambil dari kata ci dan bogo, ci atau cai adalah bahasa sunda yang berarti air atau sungai, sedangkan bogo juga diambil dari bahasa sunda yang berarti ikan gabus, dinamakan cibogo karena populasi ikan gabus disana sangat banyak akan tetapi seiring berjalannya waktu populasi ikan gabus disana menjadi sangat sedikit, terdapat 3 kampung yang menempati wilayah desa cibogo, yaitu kampung Cilumber, Kampung Ciburial, dan kampung Cibogo.
Kunikmati hari itu untuk menghabiskan waktu disana, sambil bercanda dengan Lilis dan anak-anak kecil yang ada disana. Senang sekali mendapatkan kawan-kawan baru di tanah Pasundan. Sampai akhirnya malam pun tiba aku harus lekas mencari penginapan.
Sebelum aku beranjak pergi, katanya Pak Asep besok mau panen padi. Aku menawarkan diri untuk membantunya. Siapa tau dengan aku datang ke sawah kerjaan menjadi lebih lancar lagi. Dan tentu saja dengan senang hati Pak Asep menerima bantuanku.
Aku pun kemudian pergi mencari sebuah tempat untuk menginap. Aku menemukan sebuah Villa yang letaknya di hamparan bukit
Menikmati suasana malam Lembang bandung. Di teras villa muria lantai atas, betapa takjubnya. Rembulan dan bintang bersinar, riuh suara sungai gemercik lirih. Kunikmati segelas teh hangat khas bandung, merasakan kehangatan bersamaan dengan dingin yang menerpa.
Semilir angin berhembus yang menyejukkan semoga menyejukkan hati insan di tanah pasundan ini. Semoga kedamaian-kedamaian dilimpahkan ke hati-hati manusia,
Malam semakin larut, sudah waktunya memejam setelah seharian berletih-letih. Sampai jumpa hari esok, berharap bisa lebih baik kedepannya
- Panen Raya
Waktunya tiba, petani bersiap menyambut masa panen. Begitu pula Pak Asep dan Keluarganya. Sesuai janjiku tempo hari, aku pun bersiap hadir membantu.
Ada Pak Asep disana dan juga Bu Fatim, tapi anaknya kemana kok nggak keliatan.
Oh iya, Lilis yang pandai memasak menyiapkan masakan dari rumah untuk dikirimkan kepada kami.
Melihat sawah yang dimiliki Pak Asep cukup Luas, berhari-hari ini panennya.
Aku, Pak Asep dan juga Ibu menggunakan sabit untuk memanen padi. Sedangkan yang mengerek padi sudah dibantu oleh dua orang tetangga. Dari hasil panen yang sudah kami ambil ternyata sangat bagus, padinya gemuk dan berisi.
Lelah setengah harian kami bekerja, paras cantik Lilis datang
"Istirahat heula atuh bapak Ibu, kadaharan geus datangna"
Nya Lilis, hatur nuhun,
Melihat paras Lilis yang sejuk, capek pun seakan tidak terasa. Seakan akan senyumannya adalah oase ditengah panasnya terik.
Aku bertanya pada Lilis, mengapa pacarnya yang bernama Udin itu nggak datang membantu. Dia bilang kurang jelas apa alasannya, katanya dia malah liburan ke Bogor sama temen-temennya.
Panenpun berlanjut setelah bersantap siang, dan berlanjut sampai Sore hari untuk diteruskan keesokan harinya.
Karena besarnya area sawah yang dipanen, sampai-sampai panennya hingga 4 hari. Dan saat itulah keakraban antara aku dengan Lilis mulai terjalin, merasa mulai nyaman dia denganku. Setiap hari bercakap-cakap. Akulah yang mengantarkan dia pulang pergi, yang nganterin dia belanja, sehingga dia bisa mencurahkan segala isi hatinya kepadaku yang tak dia dapat dari kekasihnya saat ini. Aku pun tak tau akan perasaanku ini, mungkin ini.. Ah sudahlah nikmati saja, bisa dekat dengannya saja bisa membuat hati bahagia.
~Romansa Tangkuban Perahu~
Menapaki tanah Lembang Bandung, aku tidak ingin melewatkan keindahannya. Aku berterimakasih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk berpijak disini. Tangkuban perahu yang sudah begitu melegenda. Aku pun kesana untuk memetik rindu, kalau saja rindu itu bisa aku petik.
Aku mengajak Lilis, hanya berdua saja . Sederhana saja aku kesana, dengan motor Jupiter AD-Wonogiri. Berboncengan,berasa romansanya. Melintasi tanjakan cikole, Lembang. Lihatlah hamparan kabut putih yang menyelimuti bukit indah itu, alangkah indahnya saat aku memadu denganmu. Rasaku yang tak bisa aku jelaskan lagi, aku menyukainya. Seorang gadis sunda yang begitu elok parasnya, cinta yang sudah menjangkiti diriku.
Banyak yang Lilis ceritakan, dan juga banyak sharing.
Sekilas tentang Gunung Tangkuban perahu ini, Menurut cerita masyarakat setempat, asal muasal terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu berasal dari legenda Sangkuriang, anak seorang wanita cantik yang bernama Dayang Sumbi. Sewaktu kecil Sangkuriang diusir oleh ibunya karena telah membunuh seekor anjing (ayah Sangkuriang yang menjelma/berubah bentuk menjadi anjing). Dayang Sumbi dan Sangkuriang kemudian berpisah selama bertahun-tahun.
Setelah Sangkuriang dewasa, akhirnya mereka bertemu. Pertemuan itu membuat Sangkuriang jatuh cinta dan ingin menikahi Dayang Sumbi. Namun, Dayang Sumbi menolaknya karena ia tahu bahwa Sangkuriang adalah anak kandungnya. Untuk menolak permintaan itu, Dayang Sumbi mengajukan syarat untuk dibuatkan perahu dalam waktu semalam. Karena gagal menyelesaikan perahu itu, Sangkuriang marah lalu menendang perahu itu hingga terlempar dan kemudian menjadi sebuah gunung yang mirip dengan perahu terbalik.
Aku berjalan bersama dengan Lilis, melihat sejauh mata memandang melihat kawah-kawah di Tangkuban Perahu. Rintik gerimis bulan november seakan menjadi saksi.
Tiba saat dia berjalan lalu tangannya menggenggam erat tanganku. Mungkin perasaan dia mulai tumbuh kepadaku, dua sejoli yang mencoba memetik Rindu di tanah Lembang ini.
Hujan turun deras, dan kami berteduh di Gubug kecil itu. Segala perasaan hatiku tak menentu, baiknya aku katakan saja apapun yang terjadi. Tapi kan dia sudah punya kekasih? Entahlah, yang penting aku katakan saja
Aku bersimpuh di hadapannya, lalu aku katakan bahwa aku t'lah jatuh Cinta
"Aku ingin mengungkapkan sebuah rasa yang terpendam. Entahlah apa yang ada dalam hatiku ini, setiap detik jantung ini berdetak setiap itu aku selalu teringat tentang bayangmu. Entah jawabanmu tentang ini apa, Aku mencintaimu "
Suasana hening ketika itu, begitu pula dengan degup jantungku yang begitu kencang. Terdiam seribu bahasa, perasaan Lilis haru, begitu haru. Lilis susah untuk menjawab, sulit untuk mengatakan perasaannya kepadaku. Masih hening beberapa saat.
Belum lah terjawab pertanyaanku apakah dia mempunyai rasa yang sama. Ada langkah kaki yang menghampiri kami.
Aku kaget melihat Udin, kekasihnya datang. Dia mendatangiku, mengajakku ketengah derasnya hujan. Dan mengajakku berkelahi, dan itu terjadi. Ditengah derasnya hujan dan derai air mata Lilis aku dan Udin Fight.
Dia tidak terima aku mendekati Lilis, Lilis melerai kami ditengah derasnya hujan
"Berhenti. Tolong kalian berhenti berkelahi,,,,,,!!!!!!"
Aku tidak tega melihat tangisan perempuan yang aku cintai, kami pun berhenti berkelahi.
Kami saling meyakinkannya
"Lilis, kamu memilih siapa? Cintamu untuk siapa diantara kami berdua"
Lilis pun mendekat kepada Udin, seakan pertanda. Dan aku pun menjauh, Lilis memilih untuk kembali ke kekasihnya itu.
Aku pun berlalu dan pergi tanpanya, biarlah dia bersamanya
Bayangmu mungkin seharusnya berakhir Lilis, begitu pula aku yang masih lirih menahan luka
"Tuhan, aku ingin rinduku mati sesaat kemudian hidup kembali setelah aku siap dan rasa sakit ini hilang"
Cukup sampai disini perjalananku di Lembang. Aku harus meneruskan perjalananku mengikuti jejakmu, menapaki tanah-tanah yang lain. Terimakasih kepada Lembang yang luar biasa.
Ku teruskan perjalananku, aku pamit kepada keluarga Pak Asep di Desa Cibogo.
Begitupula aku bertemu, minta maaf dan berpamitan dengan Lilis, yang kala itu jujur tentang perasaannya
"Aku mencintaimu melebihi cintaku padanya, tetapi aku lebih memilih untuk Setia, Abdi bogoh ka anjeun " begitu dia mengatakan itu dengan deraian air matanya
Dia mengajarkanku bahwa memang setia itu mahal dan memang lebih mahal dari Cinta
Semoga hal-hal indah datang dalam kehidupannya, menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Aku pun meneruskan ke kota-lainnya sesauai arah mata angin berhembus aku akan datang
Menebar seribu benih ranjau disetiap tanah yang aku pijak,
Melihat seribu sudut pandang pemikiran dari setiap kepala yang aku temui
Belajar seribu ilmu kepada setiap orang yang aku kenali
Berjabat tangan dan bersaudara dengan setiap orang yang aku jumpai
Rumah dan Keluarga bagiku adalah dimanapun.
Komentar
Posting Komentar